Minggu, 20 Mei 2012
Didalam Kegelapan, Aku Berdoa
Dipagi yang cerah ini aku terbangun, kutatap sekitar ku tak kulihat apapun. Hanya gelap yang kulihat, hanya suara-suara yang kudengar. Setiap hari aku bertanya “akankah aku melihat?”. “Rina….!” Panggil seseorang kepadaku, ya ia ibuku aku hanya mengenalinya lewat suara, aku tidak begitu ingat wajah ibuku, aku pernah melihatnya tapi itu dulu, dulu sekali sebelum kejadian itu merenggut pandanganku. Kejadian itu bermulai saat aku sedang belajar naik sepeda, tanpa sengaja aku terjatuh. Orang tuaku menyangka tidak ada luka sedikitpun. Tapi aku merasa sakit yang sangat pada mataku.
Tak lama setelah kejadian itu sekitar 4 hari, sebangun dari tidurku aku tidak bisa melihat apapun, hanya gelap saja. Aku bingung dan aku berteriak “ibu..apa yang terjadi padaku? Disini gelap bu! IBU…” teriak ku dengan keras. Sejak saat itu aku tidak bisa melihat apapun. “rina, kau mau makan apa?” “ehmm…aku hanya ingin bubur saja bu!” kata ku. “hmm…ibu, boleh aku bertanya sesuatu?” Tanya ku, “tentu saja rina sayang…” “ibu, kapan aku bisa melihat seperti sediakala?” tanyaku lirih. “maaf rina, ibu tidak tahu, ayahmu hanya seorang tukang sayur, ibu hanya seorang buruh. Bagaimana ibu bisa membiayai operasi matamu itu?”. Huh…tak apalah mungkin memang ini nasib ku.
Aku kesekolah seperti biasa, aku membawa tongkat untuk membantu berjalan. Bagaimana aku mengetahui, jika aku sudah sampai sekolah? Aku pasti mendengar teriakan “orang buta-orang buta-orang buta” sakit rasanya, tapi mau bagaimana lagi? Semua itu nyata! Nyata! Memang nyata! Aku memang buta! Dunia ini memang gelap untuk ku. Tapi entah mengapa aku merasa aneh dengan keadaan ini, sering ku dengar suara bising yang sangat janggal untuku“tuhan? Apakah aku diciptakan hanya untuk seperti ini? Apakah aku memang harus berbeda! Ayah ….ibu…sakit! disini aku menderita! Disini aku tersesat..!” aku menjalani sekolah seperti biasa, dengan penuh ejekan. Tapi dibalik itu aku punya satu teman yang berarti untukku, ia sari, ia teman sekelasku, ia satu-satunya orang yang berarti dan mengerti aku. Ia yang membuat ku tetap kuat.
Tapi tetap saja itu belum bisa memulihkan luka ku. Aku sempat berfikir untuk meninggalkan dunia ini! Tapi bagaimana caranya agar aku bisa melakukan itu? Aku tidak bisa melihat apapun, bagaimana cara aku melakukan semua itu “sekali lagi tuhan menyelamatkan ku!” hari demi hari selalu aku lalui, aku tetap tidak bisa melihat seberkas cahaya, setiap hari setiap waktu aku terus berdoa “tuhan, kapan aku bisa melihat cahaya, kapan aku bisa melihat pemandangan yang indah, kapan AKU BISA MELIHAT DUNIA INI? KAPAN! Aku dijauhkan, aku kesepian, disini aku sendiri, tanpa satu orang pu yang kulihat!” tapi semua tetaplah semua hitam tetap hitam putih tetap putih.
Hingga disuatu hari semua berubah, kudengar suara orang berteriak “BU RATIH…bu ratih…!” “ya, apa pak? Ada apa?”jawab ibuku bingung. “gerobak sayur pak edi ditabrak mobil, didepan sana!” kata orang itu. Aku tersontak kaget, apa yang ada dipikiranku mungkin sama dengan yang ada dipikiran ibuku, “bagaimana ayah? Apa ayah baik-baik saja?”. aku bersyukur ayah pulang, ayah pulang dengan seseorang yang tidak kukenali suaranya, aku rasa itu orang yang menabrak ayah. Samar-samar ku dengar ibu berkata “aduh pak, gerobak ancur begini? Gimana kita makan bsok pak?” “udah to bu, sabar dulu ini ujian dari yang kuasa! Sabar bu!” kata ayahku. Suara orang asing itu terdengar lagi “maaf pak, bu saya tidak sengaja, saya minta maaf” “maaf-maaf apa maaf bisa memulihkan gerobak sayur kita?” bentak ibuku, “sabar bu!” kata ayahku. “gerobaknya akan saya tukar dengan yang baru, saya minta maaf, bapak ini juga tidak apaapa kok!” kata orang asing itu.
Aku merasa sumpek disini, aku ingin keluar. “ibu, ayah ada apa?” kataku sambil mencoba berjalan keluar“ tidak nak…sudah masuk saja” kata ayah. “tidak yah, aku sumpek didalam, aku ingin keluar yah”. Aku pun keluar, tapi kudengar lagi suara orang asing itu “ada apa dengan anak ini? Apa ia tidak bisa mellihat?” aku merasa tersindir dengan kalimat itu “ya, ia buta sejak 10 tahun yang lalu….” Ayah menceritakan bagaimana aku tidak bisa melihat hingga aku bisa bertahan untuk hidup. Kurasa orang asing itu iba pada keluargaku ia pun berkata “apa ia masih bisa sembuh?” “masih, tapi perlu operasi dengan biaya sebesar 38.575.000, kami ingin mengobati Rina, tapi tidak mungkin mendaptkan uang sebesar itu.”kata ibu, orang asing berkata lagi, “baik, untuk menebus kesalahanku aku akan membiayai biaya operasi mata nak Rina ini” “APA?” teriak ku, “ya, itu benar saya akan membiayai semuanya” kata orang itu. “tuhan? Apa ini benar? Apa aku bisa melihat setelah semua ini? Tuhan terimakasih!” . orang itu benar membiayai operasi ku, selama 1 minggu aku dicek dulu, hari operasi pun tiba “tuhan, aku berharap semua kegelapan yang kuterima selama 10tahun ini akan hilang dipandu cahaya”. Aku selesai dioperasi, tapi aku harus terpaut dengan kegelapan selama 1 hari lagi, baru plester yang ada dimataku boleh dilepas. Dag dig dug jantung ku berdegup aku berharap ada keajaiban yang muncul setelah semua hal ini. Plester ku mulai dilepas “tuhan, apa aku bisa melihat cahaya setelah semua ini?” plester ku telah selesai dilepas, aku mulai membuka mataku, awalnya gelap dan aku putus asa “mungkin ini takdirku akan terpaut dengan kegelapan untuk selamanya” tapi secara bertahap kulihat samar-samar seseorang perempuan mendekati dan memelukku “ITU IBU! Ibu ayah aku melihat….dunia aku melihat…sari aku bisa melihat! Dunia ini terang kegelapan hilang! Tuhan terimakasih!” aku bahagia akhirnya aku bisa melihat semuanya. Aku bisa melihat apa yang ingin kulihat.
“TUHAN TERIMAKASIH, DIDALAM KEGELAPAN AKU TERUS BERDOA DAN TERUS BERDOA, HINGGA AKHIRNYA KEGELAPAN ITU SIRNA, DENGAN INDAHNYA DUNIA INI!”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar